Tugas Makalah
KESALAHAN KATA, DIKSI, KALIMAT, DAN PARAGRAF
DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
O L E H :
SITTI AISAH
NIM : 11010101074
KELOMPOK IV (EMPAT)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena izin dan ridha-Nya jualah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul “Kesalahan Kata, Diksi, Kalimat, dan Paragraf dalam Penulisan Karya Ilmiah” pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam.
Dalam makalah ini terdapat pembahasan yang kemudian dapat memberikan penjelasan tentang materi makalah ini yaitu kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf dalam penulisan karya ilmiah yang semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makalah ini disusun dengan segala keterbatasan, namun terkandung harapan semoga dapat dijadikan masukan dan bahan pemikiran serta renungan untuk diaplikasikan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon ampun, kalau sampai terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, Amin Ya Rabbal Alamin.
Kendari, Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara penggunaan kata, kalimat, diksi dan paragraf.. Terkadang kitapun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, diksi, kalimat, dan paragraf.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik tentang kata, diksi, kalimat, dan paragraf dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. kata, diksi, kalimat, dan paragraf dalam menyusun suatu karya ilmiah sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dan dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf apakah yang banyak terdapat di dalam jurnal yang dianalisis?
2. Mengapa kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf dapat terjadi dalam penyusunan jurnal?
3. Bagaimana cara memperbaiki kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf?
C. Tujuan
1. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam jurnal.
2. Mengetahui penyebab kesalahan dalam penulisan jurnal yang dianalisis.
3. Mengetahui cara memperbaiki kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. K A T A
Kata adalah gabungan dari beberapa huruf yang mempunyai makna.
B. D I K S I
a. Peranti-Peranti Diksi
1. Peranti Kata Berdenotasi dan Berkonotasi
Dalam studi linguistik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasaan tambahan disebut denotasi. Sedangkan konotasi adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan, atau nilai rasa tertentu.
2. Peranti Kata Bersinonimi dan Berantonimi
Bersinonim berarti kata sejenis atau mempunyai persamaan makna kata. Sedangkan kata berantonim berlawanan dengan kata bersinonim yaitu memiliki bentuk makna yang berlawanan dengan makna lainnya.
3. Peranti Kata Bernilai Rasa
Diksi mengajarkan untuk senantiasa menggunakan kata-kata yang bernilai rasa dengan cermat.
4. Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata konkret digunakan untuk membuat deskripsi dan narasi. Sedangkan kata-kata abstrak digunakan untuk membuat persuasi dan argumentasi.
5. Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata umum adalah kata yang luas ruang lingkupnya sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian yang lebih baik. Sedangkat kata khusus adalah kata yang sempit ruang lingkupnya.
6. Peranti Kelugasan Kata
Diksi juga mengajarkan kita ihwal kata-kata lugas yaitu apa adanya atau tembak langsung.
7. Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata
Penyempitan kata maksudnya adalah kata yang maknanya bergeser dari luas ke makna yang sempit. Sedangkan perluasan makna adalah pergeseran kata yang semula sempit menjadi makna yang luas.
8. Peranti Keaktifan dan Kepasifan Kata
Yang dimaksud dengan kata aktif adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat sehingga kata yang semula tidak pernah digunakan menjadi banyak digunakan dalam pemakaian kebahasaan.
9. Peranti Ameliorasi dan Peyorasi
Ameliorasi adalag proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru. Sedangkan peyorasi adalah perubahan makna dari yang baru ke makna yang lama.
10. Peranti Kesenyawaan Kata
Kesenyawaan kata maksudnya adalah bentuk yang tidak bisa dipisahkan karena sudah sangat erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya.
11. Peranti Kebakuan dan Ketidakbakuan Kata
Diksi mengajarkan kepada kita untuk selalu cermat dengan bentuk kata yang baku dan yang tidak baku.
b. Ihwal Peristilahan
Istilah dapat didefinisikan sebagai kata atau gabungan kata yang dapat dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang kehidupan dan cabang ilmu pengetahuan tertentu. Istilah itu sendiri dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu istilah yang sifatnya khusus dan umum.
C. KALIMAT
1. Pengertian Kalimat
Suatu kalimat dapat disebut kalimat apabila memiliki unsur subjek dan predikat. Kalimat juga dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar.
2. Unsur-Unsur Kalimat
a. Subjek
Usur pembentuk kalimat yang harus dibesebut pertama di sini dalah subjek. Dalam kalimat, subjek tidak selalu terdapat di depan. Adakalanya, subjek itu terletak di belakang predikat terutama untuk kalimat yang berdiatesis pasif.
b. Predikat
Sama-sama sebagai unsur pokok di dalam kalimat, predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Akan tetapi, sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada predikat kalimatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya subjek dan predikat kalimat itu sama-sama menjadi unsur pokok dalam kalimat.
c. Objek
Dalam banyak hal dapat dikatakan bahwa objek kalimat berlawanan dengan subjek kalimat. Tempatnya juga hampir pasti berlawanan di dalam kalimat. Objek kalimat hanya dimungkinkan hadir apabila predikat kalimat tersebut merupakan verba atau kata kerja yang sifatnya aktif transitif.
d. Pelengkap
Pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan objek kalimat. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menempati fungsi subjek. Pada posisi yang sama, objek dapat menempatinya. Maka, inilah sesungguhnya perbedaan mendasar antara objek dan pelengkap.
e. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berbeda dengan subjek, predikta, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib hadir. Tanpa kehadiran keterangan, kalimat tetap saja berciri gramatikal. Maka, keterangan kalimat itu sesungguhnya dapat disebut sebagai unsur luar atau unsur peripheral. Adapun fungsinya adalah untuk menambahkan informasi pada kalimat itu. Informasi yang hendak ditambahkan itu adalah tempat, waktu, cara, syarat, sebab, tujuan, dan sebagainya.
D. PARAGRAF
Paragraf didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari yang sederhana hingga yang cukup rumit dan terperinci. Paragraf sesungguhnya merupakan sebuah karangan mini. Dikatakan sebagai karangan mini karena sesungguhnya segala sesuatu yang lazim terdapat di dalam karangan atau tulisan, sesuai dengan prinsip dan tata kerja karang-mengarang dan tulis-menulis, terdapat pula dalam sebuah paragraf.
Dengan pemahaman seperti di atas dapat ditegaskan bahwa sesungguhnya sebuah paragraf harus mengemban ide pokok atau ide utama. Tanpa ide pokok atau ide utama yang jelas maka sebuah paragraf pasti tidak akan memiliki kendali. Ide utama paragraf harus ditempatkan pada posisi yang jelas, sehingga pengembangan terhadap ide utama itu akan mudah dilakukan sekaligus juga akan menentukan jenis tulisan atau karangan yang akan diemban oleh paragraf itu. Maksudnya, apakah tulisan itu sebuah argumentasi, narasi, eksposisi, sesungguhnya dapat dilihat dari keberadaan dan penempatan ide pokok paragraf tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. JURNAL YANG DIANALISIS
KESEMESTAAN BAHASAN ARAB
Oleh: Zulaeha.
Abstrak
Kesemestaan bahasa Arab merupakan penduniaan penginternasionalan atau pengakuan terhadap bahasa Arab sebagai salah satu bahasa komunikasi internasional selakigus sebagai bahasa resmi agama Islam yang mampu melampaui1 batas geografis dunia.
Kesemestaan bahasa Arab dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu dengan menggunakan pendekata2 teologis dan linguistik. Dari sisi tiologis bahwa posisi strategis yang dimiliki oleh bahasa Arab yang menjadi penyerta setia3 dalam proses penjalinan makna yang transendental yang bersumber dari yang metahistoris4 dalam rangka membantu menyisir dan menyingkab makna-makna yang terkandung dalam ruh al-Qur’an. Bahasa Arab juga menjadi alat pemersatu dan pengikat persaudaraan Islam di dunia karena adanya ikatan kitab suci yang menggunakan bahasa Arab.
Selain itu, jika kita melihat dengan menggunakan pendekatan linguistik atau kebahasaan, maka posisi bahasa Arab juga bisa dibawa kepada universalitas bahasa Arab bahkan pemahamannya5, sifatnya general ini sehinnga6 ia dapat diterima oleh semua kalangan tanpa melihat aspek teologisnya yang tentu saja tidak terlepas dari dinding-dinding subyektifitas dogmatis7 jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip universal bahasa seperti adanya kesamaan beberapa struktur kata seperti nomina, verba yang tersusun dalam sejumlah pola kata tertentu untuk mengahasilkan kalimat.
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan saran untuk mengungkapkan segalah8 bentuk inspirasi, informasi, kehendak, dan perasaan yang terbetik9 dalam pikiran manusia. Dengan bahasa pula manusia melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya sehingga hidupnya penuh dengan dinamika. Posisi top rank10 diduduki oleh manusia karena kemampuannya menyalurkan segala sesuatu dalam bentuk ferbal sekaligus memberikan diferensiasi dengan mahluk lain pengetahuan dan tradisi orang terdahulu yang terdiri dari makna-makna yang terajut11 dalam jaringan kalimat ditransmisikan secara estafet dari tiap generasi dengan bahasa menjadi medium ekseperesi12 beragam keinginan dan kehendak yang dipahami dan diterima oleh orang lain sehingga membawa manusia keluar dari belenggu dunia insting13 ke dunia refleksi dan makna. Alam di sekitar mampu dikenali dan dimaknai karena diberi atribut yang mengklasifikasikan antra satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa. Hanya dengan bahasa yang dirajut secara teretur14 dan sistematis mampu mengantar manusia ke dapan15 pintu gerbang kemajuan dan teknologi. Demikian pula halnya dengan bahasa Arab, bahasa komunikasi yang digunakan oleh masyarakat Arab yang berdiam di wilayah Timur Tengah (al-syarq al-ausat) bahakan pada beberapa Negara di Afrika, statusnya hampir sama dengan bahasa-bahasa lain yang ada di dunia dalam artian sebagai bahasa interchange informasi. Bagi umat Islam, bahsa mempunyai hubungan yang sangat erat karena ia adalah kendaraan bagi himpunan informasi dan pesan-pesan ilahi yang tersimpan dalam bumi yang kemudian terabadikan dalam Al-Qur’an sebagaimana yang kita baca dan dilihat sekarang.
Islam yang dibawa oleh Muhammad. sebagai agama universal16 yaitu ajarannya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia karena ia diutus sebagai rahmatan li al-alamin sehingga berlaku bagi seluruh bangsa di dunia tanpa melihat sekat-sekat suku, ras, dan bahasa, karena ajaran-ajaran Muhammad saw17. Tertuang dalam al-Qur’an dan hadits yang menggunakan bahasa Arab, dengan sendirinya pesan-pesan ilahi yang memancar dari sumber dari ajaran Islam tersebut tidak lepas dari medium bahasa sebagai sarana penyampaian informasi ilahi. Dengan demikian, peran strategis dimiliki oleh bahasa Arab, dalam upaya pemaknaan pemahaman ajaran yang universal itu18.
Melihat kenyataan-kenyataan yang dikemukakan yang terdahulu, maka dalam penulisan ini akan dipaparkan apa sebenarnya universal itu dan bagaimana universalisme bahasa Arab dikaitkan dengan keuniversalan Islam sebagaimana yang tertuang dalam al-Qur’an yang nota bene19 menggunakan bahasa Arab sebagai medium penyampaian ajaran-ajaran Islam.
2. Pengertian Kesemestaan
Secara etimologi, kata kesemestaan berasal dari kata semesta yang berarti mendunia, sedunia, semesta dan bersama. Dalam bahasa Inggris kata ini semakna dengan kata universe yang berarti berlaku umum atau mencakup hal yang mendunia. Sedang dalam bahasa Arab untuk mengungkapakn kata tersebut digunakan kata ‘am, alimiy, jami’iy atau syumuliy.
Kesemestaan menurut pengertian terminologi adalah norma atau nilai-nilai yang berlaku atau diakui secara umum dan dimana saja melampaui batas-batas suku, wilaya, bangsa dan benua. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kesemestaan adalah penduniaan, penginternasionalan atau pengakuan terhadap bahasa Arab sebagai salah satu bahasa komunikasi internasional sekaligus bahasa resmi agama Islam yang mampu melampaui batas geografis dunia.
3. Islam dan Bahasa Arab
Islam merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah dan transendental jika dilihat dari secara teologis, tetapi kalau dibawa dengan menggunakan kacamata20 sosiologis maka ia adalah bagia dari peradaban dari realitas sosial dalaam21 kehidupan manusia. Sehingga, Islam bukan hanya sekedar doktrin yang bersifat universal tetapi juga berperan dalam mewarnai kehidupan umat manusia.
Islam yang diklaim pengikutnya sebagai agama universal karena dianggap salih li kulli zaman wa makan serta pembawanya seorang rahmatan li al-alamin yang berimplikasi pada ajaran yang dibawahnya. Paham teologis ini diperoleh melalui informasi kitab suci al-Qur’an yang manjadi sumber rujukan pertama bagi pemeluknya dalam mengambil keputusan dan mencari problem solving.
Al-Qur’an yang manjadi kitab suci umat Islam menggunakan medium bahasa Arab sebagai pengantar jaringan informasi ilahiyah sehingga antara Islam dan kitab sucinya tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Arab. Ini terkait dengan gaya bahasa dan langgam bahasa al-Qur’an yang sangat puitis dan mengandung nilai sastra yang tak terbahasakan. Dari ditinjau bahasa ini22, terletak i’jaz abadi yang dimiliki oleh al-Qur’an. Terbukti dengan kekuatan yang ada pada al-Qur’an ia mampu melayani setiap pertanyaan dan sanggahan pembacanya yang datang dari berbagai latar-belakang kultur dan disiplin ilmu. Ini diakui oleh para pakar al-Qur’an dengan banyaknya buku keislaman sebagai penafsiran atas al-Qur’an maupun yang diinspirasi olehnya.
Islam telah meletakkan peraturan-peraturan yang manusiawi melaui al-Qur’an, kitab yang bagaikan cermen yagn sanggup memantulkan seribu satu wajah sesui dengan orang yang datang bercermin dan berdialog dengannya. Disini, terlihat betapa peran al-Qur’an / Islam yang tidak dipisahkan dengan bahasa Arab. Bahasa Arab secara antropologis ternyata menjadi medium untuk memelihara karakter bahasa sebagai perbedaan dialek atau bahasa memiliki pusat gravitasi sebagai rujukan. Dengan adanya al-Qur’an yang menggunakan medium bahasa Arab sebagai media penyampaian informasi, maka bahasa Arab secara step by step mengalami kemajuan – perluasan daerah kajian – seperti di Amerika dan Eropa. Pusat-pusat studi Islam yang didukung oleh para ahli dan kepustakaan Islam yang lengkap, maka jarak bahasa Arab dan bahasa Barat pada wacana akademik semakin dekat.
Statemen tentang ajaran Islam yang berlaku universal untuk semua manusia disampaikan oleh al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab sebagai alat transmini informasi. Disamping itu, Muhammad SAW diutus pada kaum yang menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi. Meskipun ajaran yang dibawanya tidak terikat oleh masalah kebahasaan, namun disisilain, penggunaan bahasa arab untuk al-Quran mempunyai other value23 yang lebih dari sekedar media transformasi. Pemakaian bahasa Arab dalam al-Qur’an sangat terkait dengan konsep i’jaz al-Qur’an yang tidak bisa dijiplak oleh manusia yang didukung oleh fakta emperis.
4. Kesemestaan (Universalisme) Islam.
Salah satu penyebab langgengnya bahasa Arab di tengah persaingan berbagai bahasa yang berusaha saling mendominasi antara satu dengan lainnya adalah karena adanya al-Qur’an yang seakan masuk menjelma ke dalam tubuh bahasa Arab yang bersifat budaya dan berdimensi lokal sehingga pergeseran makna dan semantik tidak terlalu jauh. Ajaran-ajaran Islam yang terkodifikasi24 dalam al-Qur’an mengandung ajaran universal, dengan sendirinya bahasa Arab akan terkait di dalamnya, meskipun pada awalnya ia hanya berperan sebagai medium dan teknik penyampaian sehingga antara al-Quran dan wujud penyampaian isi dari al-Qu’an itu melalui bahasa tidak bisa dipecah-pecah secara terpisah.
Nurcholis Madjid memberikan komentar terkait dengan bahasa Arab dan al-Qur’an sebagai berikut:
Salah satu kemukjizatan al-Qur’an adalah ekspresi puitisnya yang sangat khas dan unik. Dan kekhasan serta keunikan ekspresi puitis itu jelas sekali adalah berkat digunakannya bahasa Arab. Dengan pendekatan lain, segi kemukjizatan al-Quran tidak mungkin tanpa kemampuan tinggi bahasa Arab yang digunakan sebagai medium ekspresinya.
Ekspresi puitis dan unik, yamg25 ia sendiri mempunyai kekuatan metafisis yang aneh pada pendengarannya, dengan sendirinya akan hilang jika bahasa mediumnya dipindah dari bahasa arab kebahasa lainnya.
Dari kutipan ini, diketahui bagaimana posisi strategis yang dimiliki oleh bahasa Arab yang menjadi penyerta setia dalam proses pendjalinan makna yang transendental yang bersumber dari yang metahistoris dalam rangka membantumenyisir dan menyingkab makna-makna yang terkandung dalam ruh al-Qur’an. Bahasa Arab juga menjadi alat pemersatu dan pengikat persaudaraan Islam di dunia karena adanya ikatan kitab suci yang menggunakan bahasa Arab.
Hal-hal yang dikemukakakn di atas bertolak pada pendekatan teologis atau lebih dikenal dengan istilah pendekatan normatif-dogmatis. Akan tetapi, jika kita melihat dengan menggunakan pendekatan linguistik atau kebahasaan, maka posisi bahasa Arab juga bisa dibawa kepada universalitas bahasa Arab pemahamannya, sifatnya gereral sehinga26 ia dapat diterima oleh semua kalangan tanpa melihat diterima oleh semua kalangan tanpa melihat aspek teologisnya yang tentu saja tidak terlepas dari dinding-dinding subyektuifitas dogmatis jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip universal bahasa seperti adanya kesamaan beberapa struktur kata seperti nomina, verba yang tersusun dalam sejumlah pola kata tertentu untuk menghasilkan kalimat.
Kalau dilihat secara historis, sebenarnya bahasa Arab mulai mendunia sejak diterimanya Islam diberbagai belahan bumi ini. Sejak itu bahasa Arab bukan hanya milik bangsa arab saja, tetapi sudah menjadi milik komunitas umat Islam. Bahkan, Islam pernah menjadi kiblat dari peradaban dunia pada zaman dinasti Umayyah dan Abasiyah. Pada saat itu, tamor bahasa Arabberada pada tangga teratas menyaingi bahasa-bahasa lain yang ada di dunia, sekaligus mengantar bahasa Arab menjadi bahasa komunikasi dan pergaulan internasional. Maka tidak heran jika banyak kosa kata bahasa Arab terserap masuk ke beberapa bahasa terkenal di dunia tidak terkecuali bahasa Inggris, seperti admiral, algebra, algorithm dan lain-lain.
Legitimasi kuat diperoleh bahasa Arab setelah mendapat setelah mendapat perngakuan resmi dari organisasi dunia PBB yang mengakui keabsahan bahasa arab sebagai salah satu bahasa internasional di antara sekian bahasa yang diakui. Begutu pula pandangan positif terhadap Islam oleh negara Barat mulai nampak sehingga mereka mendirikan pusat-pusat kajian Islam yang berimplikasi pada adanya usaha mendekatkan bahasa Arab dengan Barat yang nota bene mempunyai suprioritas dan pengaruh yang besar dalam pergaulan internasional.
Bahasa Arab sekarang sedang mulai rute yang mengarah pada upaya proses universalisme/penginternasionalan sambil memberikan pengaruhnya baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahasa Arab disamping sebagai medium bahasa agama juga mempunyai arti penting lainnya yaitu sebagai medium budaya. Oleh karena itu, untuk melihat keuniversalan bahasa Arab diperlukan dua sudut pandang yaitu dengan mengguanakan pendekatan teologis dan pendekatan linguistik dengan tidak mengabaikan fakta-fakta empiris yang ada dilapangan.
5. Penutup
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulakan:
1. Islam sebagai agama universal mengandung ajaran yang universal pula sehingga ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta tapal batas dinding geografis.
2. Semenjak Islam diterima keberadaannya sebagai yang harus dianut oleh penduduk belahan dunia, maka sejak itu bahasa Arab bukan lagi milik orang Arab saja atau suku tertentu tetapi sudah menginternasional melewati batas teritorial negara dan dimiliki oleh siapa saja yang menjadikan Islam sebagai kepercayaannya agama27
3. Bahasa dan al-Quran sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan serta kedudukan bahasa Arab tidak bisa digantikan kedudukannya oleh bahasa lain dalam kitab suci al-Qur’an itu. Ini dikarenakan adanya kelebihan yang dimiliki bahasa Arab yang terkait dengan konsep i’jaz al-Qur’an.
4. Keuniversalan bahasa Arab dapat dilihat dari dua sudut pandang dengan menggunakan pendekatan teoligis dan linguistik. Demikian pula halnya bahasa Arab mengalami kemajuan-kemajuan dalam rangka penginternasionalannya karena telah diakui oleh lembaga resmi dunia internasional. Negara-negara maju mempunyai pengaruh besar didunia seperti Eropa sudah mendirikan pusat-pusat kajian Islam yang dengan sendirinya mendekatkan Islam dengan peradaban barat.
B. HASIL ANALISIS
Ø Pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Ø Pengertian kata atau definisi kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Namun kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki “cara tersendiri” dalam mendefisikan “kata”.
Ø Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Ø Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
1. Kesalahan penulisan kata
1. Pendekata2
Seharusnya ditulis pendekatan.
2. Sehinnga
Seharusnya ditulis sehingga.
3. Segalah
Seharusnya ditulis segala.
4. Terajut
Seharusnya ditulis teraju.
5. Yamg
Seharusnya ditulis yang.
2. Kesalahan diksi
1. Bisa dibawa kepada universalitas bahasa Arab, bahkan pemahamannya
Kalimat diatas ini termaksud kesalahan diksi dalam peranti kelugasan kata karena tidak menjelaskan maksud dan tujuan dari kalimat ini yang seharusnya ditulis “bahkan pemahamannya bisa dibawa keuniversalitas bahasa Arab”
2. Metahistoris
Kata yang diatas dianggap vebalitas karena kata metahistoris sesungguhnya sudah diserap dalam bahasa Indonesia yakni perubahan sejarah sehingga termaksud kesalahan diksi dalam ihwal peristilahan.
3. Top rank
Kata top rank dianggap tidak lugas karena kata ini belum sepenuhnya belum diketahui oleh masyarakat sehingga dapat mengurangi dimensi kelugasannya yang seharusnya ditulis peringkat atas.
4. Insting
Kata insting dianggap tidak lugas karena belum sepenuhnya belum diketahui oleh masyarakat sehingga dapat mengurangi dimensi kelugasannya yang seharusnya disini ditulis rasa / prasaan.
5. Nota bene
Kata nota bene dianggap tidak lugas karena belum sepenuhnya belum diketahui oleh masyarakat sehingga dapat mengurangi dimensi kelugasannya yang seharusnya disini ditulis kebanyakan.
6. Melampaui
Kata yang diatas ini termaksud kesalahan diksi dalam peranti kelugasan kata pernah dianggap tidak langsung menjelaskan tujuan dari kalimat yang dijelaskan yang seharusnya ditulis melewati.
7. Kalau dibawa dengan menggunakan kacamata sosiologis
Kalimat diatas termaksud kesalahan diksi dalam peranti kelugasan kata karena tidak menjelaskan maksud dan tujuan dari kalimat ini yang seharusnya ditulis “kalau dibawah menggunakan kacamatan sosiologis” sehingga menjadi kalimat yang sempurna dan lugas.
8. Other value
Kata other value dianggap tidak lugas karena kata ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat sehingga dapat mengurtahi dimensi kelugasan yang seharusnya disini ditulis niali yang lain.
9. Terbetik
Kata terbetik dianggap tidak lugas karena kata ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat sehingga dapat mengurangi dimensi kebebasan
10.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkah pembahasan dalam bab II, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf yang terdapat di dalam jurnal yang dianalisis adalah kata, diksi, kalimat, dan paragraf.
2. Kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat, dan paragraf dalam jurnal terjadi karena penyusunnya tidak terlalu paham tentang kata, diksi, kalimat, dan paragraf yang mengakibatkan timbulnya kesalahan.
3. Kita dapat memperbaiki jurnal yang salah setelah memahami pengertian
kata, diksi, kalimat, dan paragraf..
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka saya memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam menyusun suatu jurnal, kesalahan yang sering terjadi adalah kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf. untuk menghindari kesalahan-kesalahan ini adalah dengan mempelajari kata, diksi, kalimat, dan paragraf .
2. Agar tidak terjadi kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat, dan paragraf dalam suatu jurnal yang kita buat maka terlebih dahulu kita harus paham tentang kata, diksi, kalimat, dan paragraf.
3. Untuk memperbaiki suatu jurnal yang di dalamnya terdapat kesalahan penulisan diksi maka terlebih dahulu kita harus mempelajari kata, diksi, kalimat, dan paragraf sehingga nantinya ketika kita menyusun suatu karya ilmiah kita akan terhindar dari kesalahan-kesalahan kata, diksi, kalimat, dan paragraf.
Makalah ini disusun dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, R.K. Dr, M.Hum. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Zulaeha. Jurnal Al Ta’dib. Kendari: STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, 2008.